Wellcome To Firman Ramdhani Blog

Klik di Sini

Jumat, 17 April 2009

KECELAKAAN MAUT, 9 ORANG TEWAS...


BATU– Kecelakaan maut terjadi di Jalan Panglima Sudirman, Kota Batu, dini hari kemarin. Mobil Daihatsu Taruna, DK 1070 XB, tiba-tiba oleng ke kiri dan menabrak pohon di dekat SPBU jalan tersebut. Akibatnya, sembilan mahasiswa yang kuliah di Malang, tewas seketika termasuk pengemudinya (daftar nama lihat grafis). Dugaan sementara, sang sopir, Anang Kasim alias Nanung, 24 tahun, asal Jalan Kapten Japa 75, Yang Batu, Denpasar, Bali tidak dapat menguasai setir mobil karena usai mengonsumsi minuman keras. Dugaan tersebut muncul, saat petugas Laka Lantas Polres Batu yang datang, 20 menit setelah kejadian ini, mencium bau alkohol dari mulut Nanung. Kasatlantas Polres Batu, AKP Budi Idayati yang dini hari kemarin sibuk mengidentifikasi sembilan jenazah menegaskan hal tersebut. “Sebenarnya, kami belum bisa memastikan apakah pengemudi mabuk atau tidak karena perlu diperiksa tim medis. Namun, saat kami melakukan evakuasi, kami mencium bau alkohol dari mulutnya,” kata Budi, panggilannya.
Dijelaskan mantan Kasatreskoba Polresta Malang ini, kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 00.10. Mobil yang mengangkut para mahasiswa ini, baru saja merayakan pesta ulang tahun teman mereka bernama Kris di sebuah Vila di daerah Songgoriti. Menurut beberapa saksi mata di sekitar vila tersebut, ada sekitar 20 orang yang masuk ke dalam vila dan merayakan ulang tahun. Mereka datang dengan menggunakan beberapa mobil dan motor. Salah satunya adalah mobil yang dikendarai para korban tewas itu.
“Nah, sekitar pukul 00.00, sembilan orang ini lantas pulang, namun mampir terlebih dulu ke kawasan wisata payung. 30 menit berada di sana, mereka lantas melanjutkan perjalanan pulang,” lanjut Budi.
Kabar yang didapat, mobil yang disopiri Nanung ini berjalan cukup kencang. Hampir sekitar 100 km/jam. Begitu tiba di lokasi kejadian, mendadak mobil oleng ke kiri, naik ke atas trotoar dan langsung menabrak pohon. “Tidak ada bekas rem yang terlihat di aspal,” ungkap dia. Ini juga dikuatkan dengan pengakuan tiga saksi asal Jalan Panglima Sudirman Batu yang diperiksa polisi yakni Suyono, Eko Cahyono dan Mulyono.
“Tiba-tiba saja sudah terdengar suara braaaak,” kata Mulyono. Pria berusia 38 tahun ini langsung bergegas keluar rumah. Saat mendekati mobil dan mengamati korban, Mulyono juga tidak mendengar suara histeris ataupun rintihan rasa sakit dari para penumpang.
“Saya hanya mendengar suara seperti ngorok dari para korban. Setelah itu sudah tidak ada suara lagi,” kata pedagang bunga ini. Memang betul yang diungkapkan Mulyono, sebab saking kerasnya menabrak pohon, bodi mobil terbelah, atap robek, gardan dan as roda lepas dan mesin hancur. Bahkan, dua penumpangnya yang duduk di bangku tengah terlempar ke luar mobil. Keduanya Maretha Medani Chryza dan Rois Sudin. Kondisi mereka memprihatinkan. Sekujur tubuh nyaris hancur, kedua kaki dan tangan putus serta kepala pecah. Sedangkan tujuh orang lainnya, saling tindih di dalam mobil yang hancur berantakan. Rata-rata mereka tewas dengan cidera di kepala, kaki dan tangan.
“Kami yang dibantu warga sekitar kesulitan melakukan evakuasi. Lantaran banyak sekali tubuh korban yang terjepit bodi mobil yang ringsek. Evakuasi kurang lebih satu jam. Ada korban yang terjepit sehingga untuk mengeluarkannya pun, harus dibantu dengan alat,” tambah mantan Kanit SIM Polres Jakarta Timur itu.
Masih menurut perwira ini, Dwi Rani Rosmaya, salah seorang korban sempat diketahui masih bernafas. Namun, dia akhirnya meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Hasta Brata, Batu. “Lima korban kami bawa ke sana. Namun, setelah dinyatakan meninggal, semua korban ini kami bawa ke RSSA Malang dengan dua mobil dari Laka Lantas Polres Batu,” pungkasnya.
Sulit Identifikasi
PROSES identifikasi jenazah sembilan korban terbilang cukup sulit. Begitu tiba di kamar mayat RSSA Malang, para korban mobil maut itu, ditaruh di dalam ruangan secara berjejer. Kasatlantas Polres Batu, AKP Budi Idayati dan dua anggotanya, Briptu Agung Dwi dan PHL Gunawan dibantu tiga petugas kamar jenazah langsung sibuk melakukan pendataan.
Mulanya, mereka mengaku sangat kesulitan untuk mengidentifikasi nama-nama korban. Sebab, kartu pengenal (KTP dan Kartu Mahasiswa) yang ditemukan hanya lima buah, termasuk sembilan buah HP milik korban. “Bukan itu saja, tubuh korban yang rata-rata sedikit sulit dikenali, cukup membuat repot karena tidak sama dengan kartu identitas yang ditemukan,” ungkap Budi, dini hari kemarin.
Baru satu jam kemudian, lima jenazah berhasil diketahui identitasnya berdasarkan KTP. Polisi dan petugas kamar mayat menuliskan nama di secarik kertas dan ditaruh di tubuh masing-masing korban. Berangsur-angsur kemudian, empat lainnya berhasil diketahui identitasnya hingga pukul 05.30 setelah beberapa teman-temannya datang ke kamar mayat RSSA Malang.
Setelah identitas para korban diketahui, Budi langsung mengerahkan beberapa anggotanya untuk menelpon anggota keluarga. “Banyak yang tidak percaya ketika kami berhasil menghubungi keluarganya. Saya sampai mengatakan nama dan pangkat agar mereka percaya kalau ada anggota keluarganya yang kecelakaan,” ujar dia.
Forensik Kirim Sampel Darah
TIM dokter forensik RSSA Malang kemarin langsung mengambil sampel darah ke-sembilan korban kecelakaan tragis di Kota Batu. Proses itu berada di luar prosedur biasanya, karena kecelakaan di Kota Batu dianggap besar. Sampel darah milik para korban akan dikirim ke Laboratorium Forensik Polda Jawa Timur.
Dokter Forensik RSSA Malang, Dr. Tasmono SpF mengatakan sampel itu akan menjalani uji kadar alkohol serta kadar narkoba. Termasuk pula kadar racun serta kandungan zat berbahaya lainnya. Dijelaskan dia, prosedur ini memang hanya dilakukan untuk kasus-kasus tertentu. “Kasus yang kita anggap berat maka akan kita lakukan hal ini,” lanjutnya.
Hasil penelitian sampel darah itu nanti, dipaparkan dokter senior ini, bisa memakan waktu antara satu hingga dua bulan. Sampel darah yang diambil rata-rata 10 ml itu, tergantung banyaknya darah yang masih tersisa di tubuh korban. Menurut Tasmono, makin banyak sampel darah yang dikirim ke Polda Jatim maka pemeriksaan bisa lebih mudah.
Namun demikian, pihaknya mengaku tidak melakukan otopsi terhadap sembilan jenazah tersebut. Sebab, pihak keluarga korban rata-rata menolak dilakukan otopsi. “Yah, hanya kita lakukan pemeriksaan luar saja,” pungkasnya. Secara terpisah, Kasubaglantas Polwil Malang, Kompol Yandri Irza menegaskan tragedi kecelakaan di Batu itu, dinyatakan merupakan kecelakaan tunggal.
Sayangnya, dia belum bisa menjelaskan tentang pemakaian alkohol yang berlebihan. “Sejauh ini, pihak Polres Batu sudah melakukan olah TKP. Kalau melihat kapasitas penumpang di dalam mobil, jelas melanggar UU 14 Tahun 1992 tentang lalu lintas angkutan jalan. Tapi pengemudinya ikut meninggal dunia, sehingga kasusnya gugur demi hukum,” tegasnya. (ary/mar)

0 komentar:

Terima Kasih Telah Mengunjungi Firman Ramdhani Blog

Klik di Sini

KoSoNg ToeJoeH © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute