Wellcome To Firman Ramdhani Blog

Klik di Sini

Jumat, 17 April 2009

TRAGEDI BATU, 9 MAHASISWA TEWAS



HISTERIS, Seorang teman korban tewas menangis histeris di Kamar Mayat Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang kemarin. Sementara itu, petugas Labfor Polri Cabang Surabaya meneliti bangkai mobil Daihatsu Taruna F500 DK 1070 XB yang tak berbentuk lagi setelah menghajar pohon angsana.

BATU (SI) – Maut memang datang kapan dan di mana pun dia mau.Dini hari kemarin, 9 mahasiswa tewas setelah mobil yang mereka tumpangi menghantam pohon. Peristiwa itu terjadi di Jalan Panglima Sudirman Km 7-8 Kota Batu.

Saking kerasnya benturan, dua penumpang di antaranya sampai terlempar ke luar kaca jendela mobil yang pecah berantakan. Sembilan korban tewas adalah para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Malang yang baru saja merayakan ulang tahun salah seorang teman mereka di sebuah vila di Songgoriti, dan kawasan Payung,Kota Batu.

Mereka masing-masing Anang Kasin, 24; Rosi Sudin, 25; Firdaus Sastra P, 25; Imron Rosadi, 20; Maretha Medani Chryza, 25; Ririn Erniati, 22; Dwi Rani Rosmaya, 25; Meutia Sony Agustin, 25; dan Nia Ifada, 24. Malam itu, sedianya mereka akan pulang ke Kota Malang.

Diperkirakan, mobil Daihatsu Taruna F500 bernopol DK 1070 XB yang dikemudikan Anang Kasin, 24, melaju dari arah Pujon (barat) ke pusat Kota Batu (timur) dengan kecepatan sangat tinggi.Tidak ada bekas ban yang menunjukkan tanda pengereman sebelum titik lokasi kejadian yang hanya berjarak 200 meter dari gedung Balai Kota Batu tersebut. Mulyo Miseno, 38,warga Jalan Panglima Sudirman No 88 sebelumnya dia sama sekali tidak mendengar suara deritan ban mobil.

“Saya sedang di dalam rumah saat kecelakaan itu terjadi.Waktu itu hanya terdengar suara benturan keras sekali, sangat keras. Saya langsung keluar rumah karena sumber suaranya dekat dengan rumah saya,”ujarnya. Mulyo mengaku sangat kaget saat tiba di lokasi kejadian dan melihat pemandangan yang sangat mengenaskan.Bagian depan mobil Daihatsu Taruna F500 bernopol DK 1070 XB warna silver ringsek, menghantam pohon angsana.

Kap mesin mobil di depan tergenjet dari tempatnya hingga tak berbentuk, sisi kiri bodi mobil terbelah pohon hingga ke tengah, sementara mesin mobil melesak ke dalam hingga menghancurkan dashboard. Bagian kemudi masih utuh namun posisinya bergeser jauh hingga menghimpit jok pengemudi. Dua roda depan dan per belakang mobil patah, kendati bodi belakangnya masih utuh.

Dua korban yang semuanya perempuan terlempar di depan mobil dengan kondisi tubuh yang hancur. Sementara tujuh orang lainnya berada di dalam mobil, berhimpitan dengan posisi jungkir balik tidak karuan,terjepit bodi mobil yang ringsek hingga ke dalam.

“Kemungkinan yang terlempar itu penumpang yang di depan. Sementara pengemudinya terjepit antara setir dengan jok yang ditumpanginya,”ujarnya. Mulyo yang panik memberanikan diri lebih mendekat. Namun dia tak mendengar suara sama sekali kecuali beberapa warga lain yang mulai berdatangan.

Menurutnya, saat pertama kali melihat para korban, hampir semua tubuh mereka dibungkus dengan pakaian mini, bahkan ada yang hanya mengenakan pakaian dalam saja. Jalan Panglima Sudirman merupakan jalan provinsi.

Di siang hari, jalur ini sebenarnya cukup padat namun pada malam hari jalan dengan lebar 12 meter ini sangat lengang. Aspal dan penerangan jalannya cukup bagus karena masuk jalur utama di tengah Kota Batu.Menurut warga sekitar, selepas pukul 22.00-23.00 WIB, biasanya memang banyak pengguna jalan yang ngebut.

Padahal, kendati aspalnya mulus, jalan ini bisa membahayakan pengguna yang lengah karena setelah jalan menurun dari arah Pujon, ada cekungan yang bisa menghempaskan pengguna jalan. Mobil yang ditumpangi mahasiswa ini diperkirakan terpental saat melalui cekungan tersebut.

Lantaran kecepatan yang tinggi, mobil sempat terbang sebelum kemudian menghempas aspal.Polisi menduga pada saat itulah ban mobil bagian kiri belakang pecah. Akibatnya kendaraan oleng ke kiri menghantam trotoar dan pohon.

Kapolresta Batu AKBP Tejo Wijanarko mengakui, sebelum menghantam pohon dan trotoar mobil memang melaju sangat kencang.Ini dibuktikan dari keterangan para saksi yang mengatakan adanya suara benturan yang sangat keras, dan terbelahnya bodi mobil oleh batang pohon Angsana Kembang.

“Saat saya tiba di TKP tinggal empat korban yang belum dievakuasi dari dalam mobil. Semuanya dalam kondisi mengenaskan,”ujarnya. Demi kepentingan pelaksanaan visum, akhirnya para korban tewas dibawa ke kamar mayat Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang. Dari hasil olah TKP dan penelitian sementara terhadap barang bukti yang ada,kecelakaan maut ini menurut Tejo terjadi dikarenakan mobil tidak terkendali setelah mengalami pecah ban.

“Selain itu juga adanya faktor kelebihan penumpang. Mobil Daihatsu Taruna F500 ini seharusnya hanya berkapasitas maksimal enam orang.Namun mobil terisi sembilan orang,”katanya. Tejo mengaku belum menemukan bukti lain penyebab kecelakaan, termasuk dugaan adanya pengaruh alkohol terhadap pengemudi karena masih menunggu hasil visum.

“ Kecelakaan ini murni disebabkan oleh out of control kendaraan yang mengalami pecah ban, kelebihan muatan, dan dikemudikan dengan kecepatan sangat tinggi. Kalau karena pengemudinya mabuk kami belum menerima laporannya,” katanya.

Kanit Fisika Instrumen Forensik Laboratorium Forensik (Labfor) Cabang Surabaya AKBP Didik Subiantoro menyatakan, kondisi ban belakang sebelu kecelakaan memang sudah tidak layak pakai. “Ban sudah sangat tipis sehingga mudah pecah saat terkena benturan dan beban berat. Dari kode-kode yang ada di karet ban, diketahui ban ini diproduksi pada tahun 2000,sudah sangat tua sekali untuk digunakan,”terangnya.

Tim Labfor Cabang Surabaya kemarin memang langsung turun untuk melakukan olah TKP dan mengumpulkan barang bukti. Mereka mengukur badan jalan, memeriksa bekas kecelakaan,dan memeriksa secara keseluruhan kondisi mobil. Dari hasil pemeriksaan sementara memang ditemukan adanya bekas letusan di ban bagian belakang sebelah kiri. Untuk kepentingan pemeriksaan lebih lanjut,ban bagian belakang sebelah kiri mobil tersebut dibawa ke Labfor Cabang Surabaya untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Untuk memastikan kondisi terakhir para korban sebelum kecelakaan, polisi mengambil sample darah dan zat yang tertinggal di lambung serta paru-paru korban untuk diteliti di Labfor Mabes Polri Cabang Surabaya. Ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan alkohol atau zat berbaha lain dalam tubuh korban.

Sementara itu, sampai tadi malam, polisi telah memeriksa empat saksi mata,yaitu dua karyawan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di dekat lokasi kejadian, seorang warga yang sedang mengisi premium, dan sewarga yang kebetulan melintas saat kejadian. (yuswantoro)

KECELAKAAN MAUT, 9 ORANG TEWAS...


BATU– Kecelakaan maut terjadi di Jalan Panglima Sudirman, Kota Batu, dini hari kemarin. Mobil Daihatsu Taruna, DK 1070 XB, tiba-tiba oleng ke kiri dan menabrak pohon di dekat SPBU jalan tersebut. Akibatnya, sembilan mahasiswa yang kuliah di Malang, tewas seketika termasuk pengemudinya (daftar nama lihat grafis). Dugaan sementara, sang sopir, Anang Kasim alias Nanung, 24 tahun, asal Jalan Kapten Japa 75, Yang Batu, Denpasar, Bali tidak dapat menguasai setir mobil karena usai mengonsumsi minuman keras. Dugaan tersebut muncul, saat petugas Laka Lantas Polres Batu yang datang, 20 menit setelah kejadian ini, mencium bau alkohol dari mulut Nanung. Kasatlantas Polres Batu, AKP Budi Idayati yang dini hari kemarin sibuk mengidentifikasi sembilan jenazah menegaskan hal tersebut. “Sebenarnya, kami belum bisa memastikan apakah pengemudi mabuk atau tidak karena perlu diperiksa tim medis. Namun, saat kami melakukan evakuasi, kami mencium bau alkohol dari mulutnya,” kata Budi, panggilannya.
Dijelaskan mantan Kasatreskoba Polresta Malang ini, kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 00.10. Mobil yang mengangkut para mahasiswa ini, baru saja merayakan pesta ulang tahun teman mereka bernama Kris di sebuah Vila di daerah Songgoriti. Menurut beberapa saksi mata di sekitar vila tersebut, ada sekitar 20 orang yang masuk ke dalam vila dan merayakan ulang tahun. Mereka datang dengan menggunakan beberapa mobil dan motor. Salah satunya adalah mobil yang dikendarai para korban tewas itu.
“Nah, sekitar pukul 00.00, sembilan orang ini lantas pulang, namun mampir terlebih dulu ke kawasan wisata payung. 30 menit berada di sana, mereka lantas melanjutkan perjalanan pulang,” lanjut Budi.
Kabar yang didapat, mobil yang disopiri Nanung ini berjalan cukup kencang. Hampir sekitar 100 km/jam. Begitu tiba di lokasi kejadian, mendadak mobil oleng ke kiri, naik ke atas trotoar dan langsung menabrak pohon. “Tidak ada bekas rem yang terlihat di aspal,” ungkap dia. Ini juga dikuatkan dengan pengakuan tiga saksi asal Jalan Panglima Sudirman Batu yang diperiksa polisi yakni Suyono, Eko Cahyono dan Mulyono.
“Tiba-tiba saja sudah terdengar suara braaaak,” kata Mulyono. Pria berusia 38 tahun ini langsung bergegas keluar rumah. Saat mendekati mobil dan mengamati korban, Mulyono juga tidak mendengar suara histeris ataupun rintihan rasa sakit dari para penumpang.
“Saya hanya mendengar suara seperti ngorok dari para korban. Setelah itu sudah tidak ada suara lagi,” kata pedagang bunga ini. Memang betul yang diungkapkan Mulyono, sebab saking kerasnya menabrak pohon, bodi mobil terbelah, atap robek, gardan dan as roda lepas dan mesin hancur. Bahkan, dua penumpangnya yang duduk di bangku tengah terlempar ke luar mobil. Keduanya Maretha Medani Chryza dan Rois Sudin. Kondisi mereka memprihatinkan. Sekujur tubuh nyaris hancur, kedua kaki dan tangan putus serta kepala pecah. Sedangkan tujuh orang lainnya, saling tindih di dalam mobil yang hancur berantakan. Rata-rata mereka tewas dengan cidera di kepala, kaki dan tangan.
“Kami yang dibantu warga sekitar kesulitan melakukan evakuasi. Lantaran banyak sekali tubuh korban yang terjepit bodi mobil yang ringsek. Evakuasi kurang lebih satu jam. Ada korban yang terjepit sehingga untuk mengeluarkannya pun, harus dibantu dengan alat,” tambah mantan Kanit SIM Polres Jakarta Timur itu.
Masih menurut perwira ini, Dwi Rani Rosmaya, salah seorang korban sempat diketahui masih bernafas. Namun, dia akhirnya meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Hasta Brata, Batu. “Lima korban kami bawa ke sana. Namun, setelah dinyatakan meninggal, semua korban ini kami bawa ke RSSA Malang dengan dua mobil dari Laka Lantas Polres Batu,” pungkasnya.
Sulit Identifikasi
PROSES identifikasi jenazah sembilan korban terbilang cukup sulit. Begitu tiba di kamar mayat RSSA Malang, para korban mobil maut itu, ditaruh di dalam ruangan secara berjejer. Kasatlantas Polres Batu, AKP Budi Idayati dan dua anggotanya, Briptu Agung Dwi dan PHL Gunawan dibantu tiga petugas kamar jenazah langsung sibuk melakukan pendataan.
Mulanya, mereka mengaku sangat kesulitan untuk mengidentifikasi nama-nama korban. Sebab, kartu pengenal (KTP dan Kartu Mahasiswa) yang ditemukan hanya lima buah, termasuk sembilan buah HP milik korban. “Bukan itu saja, tubuh korban yang rata-rata sedikit sulit dikenali, cukup membuat repot karena tidak sama dengan kartu identitas yang ditemukan,” ungkap Budi, dini hari kemarin.
Baru satu jam kemudian, lima jenazah berhasil diketahui identitasnya berdasarkan KTP. Polisi dan petugas kamar mayat menuliskan nama di secarik kertas dan ditaruh di tubuh masing-masing korban. Berangsur-angsur kemudian, empat lainnya berhasil diketahui identitasnya hingga pukul 05.30 setelah beberapa teman-temannya datang ke kamar mayat RSSA Malang.
Setelah identitas para korban diketahui, Budi langsung mengerahkan beberapa anggotanya untuk menelpon anggota keluarga. “Banyak yang tidak percaya ketika kami berhasil menghubungi keluarganya. Saya sampai mengatakan nama dan pangkat agar mereka percaya kalau ada anggota keluarganya yang kecelakaan,” ujar dia.
Forensik Kirim Sampel Darah
TIM dokter forensik RSSA Malang kemarin langsung mengambil sampel darah ke-sembilan korban kecelakaan tragis di Kota Batu. Proses itu berada di luar prosedur biasanya, karena kecelakaan di Kota Batu dianggap besar. Sampel darah milik para korban akan dikirim ke Laboratorium Forensik Polda Jawa Timur.
Dokter Forensik RSSA Malang, Dr. Tasmono SpF mengatakan sampel itu akan menjalani uji kadar alkohol serta kadar narkoba. Termasuk pula kadar racun serta kandungan zat berbahaya lainnya. Dijelaskan dia, prosedur ini memang hanya dilakukan untuk kasus-kasus tertentu. “Kasus yang kita anggap berat maka akan kita lakukan hal ini,” lanjutnya.
Hasil penelitian sampel darah itu nanti, dipaparkan dokter senior ini, bisa memakan waktu antara satu hingga dua bulan. Sampel darah yang diambil rata-rata 10 ml itu, tergantung banyaknya darah yang masih tersisa di tubuh korban. Menurut Tasmono, makin banyak sampel darah yang dikirim ke Polda Jatim maka pemeriksaan bisa lebih mudah.
Namun demikian, pihaknya mengaku tidak melakukan otopsi terhadap sembilan jenazah tersebut. Sebab, pihak keluarga korban rata-rata menolak dilakukan otopsi. “Yah, hanya kita lakukan pemeriksaan luar saja,” pungkasnya. Secara terpisah, Kasubaglantas Polwil Malang, Kompol Yandri Irza menegaskan tragedi kecelakaan di Batu itu, dinyatakan merupakan kecelakaan tunggal.
Sayangnya, dia belum bisa menjelaskan tentang pemakaian alkohol yang berlebihan. “Sejauh ini, pihak Polres Batu sudah melakukan olah TKP. Kalau melihat kapasitas penumpang di dalam mobil, jelas melanggar UU 14 Tahun 1992 tentang lalu lintas angkutan jalan. Tapi pengemudinya ikut meninggal dunia, sehingga kasusnya gugur demi hukum,” tegasnya. (ary/mar)

saat-saat terakhir mahasiswa korban kecelakaan di batu memey tinggal kesibukan nyaleg,maretha terus peluk sang ayah

Duka mendalam dirasakan keluarga mahasiswa korban kecelakaan tragis di Kota Batu Kamis (16/4) dini hari. Para kerabat yang ditinggalkan mengaku, para mahasiswa nahas itu menunjukkan perilaku khusus, seakan isyarat bahwa mereka akan meninggalkan orang-orang terkasih untuk selama-lamanya.

NUR LAILY A., Pasuruan

Bendera putih dengan palang hijau di tengahnya kemarin berkibar di depan rumah di Jl Kartini 96, Kota Pasuruan. Di ruang tamu rumah bercat putih tersebut jenazah Meutia Sonny Agustin disemayamkan. Dia adalah mahasiswi yang hampir saja menuntaskan pendidikan di Universitas Muhammadiyah (UMM) Malang. Dia menjadi korban tewas dalam kecelakaan maut di Kota Batu pada Kamis (16/4) dini hari.

Selain mahasiswi, Memey -begitu Meutia biasa disapa- adalah caleg DPRD Kota Pasuruan dari Partai Republika Nusantara (Republikan).

Dalam pemilu legislatif lalu, Memey berada di nomor urut ke-3 dapil Gadingrejo.

Kepergian Memey yang baru berusia 25 tahun itu tak hanya diratapi keluarga, tapi juga teman-teman kuliahnya. "Memey pamit pergi ikut acara ulang tahun temannya tadi malam (Rabu, 15/4, Red)," ungkap Ocha, sahabat satu kos Memey, sambil sesenggukan. Kemarin Ocha juga melayat di rumah sahabatnya itu.

Ocha adalah sahabat kental Memey sejak masih duduk di bangku semester I. Di UMM keduanya memilih Fisip Jurusan Ilmu Komunikasi. Hanya, saat kejadian, Ocha kebetulan tidak kenal dengan teman Memey yang sedang berulang tahun, karena lain kampus. Itu sebabnya, ketika diajak ikut serta, Ocha menolaknya dengan halus. Tapi, dia sempat mengingatkan sahabat karibnya itu untuk tidak ikut berangkat. "Saya sudah punya firasat tidak enak. Waktu itu wajah Memey pucet banget. Putih seperti sakit. Makanya, saya sempat bilang, lihat tuh Mey, wajah kamu seperti orang yang tidak punya kehidupan," tuturnya mengenang masa-masa terakhir dia bertemu Meutia.

Diledek seperti itu, Memey hanya tergelak. Putri sulung pasangan Sulis Suprapti dan Soni Sumarsono itu mengaku belum mandi seharian. "Mungkin karena aku belum mandi seharian saja, makanya wajah aku begini," ungkap Memey menjawab ledekan temannya.

Malam sebelum berangkat ke Batu, sekitar pukul 19.00, Ocha bersama teman Memey satu kosan bernama Indah, masih sempat meledeknya. Mereka membujuk Memey memakai bedak, untuk menutupi wajahnya yang masih tampak pucat, meski sudah mandi. Sayangnya, permintaan itu ditolak Memey, sambil kemudian pamit berangkat. "Ternyata, itu firasat kami akan ditinggalkan sahabat kami yang baik," ujar Indah, sambil mengusap air matanya dengan kerudung tipis yang menutupi kepala.

Sulis Suprapti, 50, ibunda Memey, menuturkan, Memey sebenarnya baru saja kembali ke Malang. Karena tercatat sebagai caleg di Kota Pasuruan, Memey sudah pulang sebelum pemilihan legislatif berlangsung. Bahkan, setelah mencontreng pada Kamis (9/4) lalu, Memey mengikuti proses penghitungan suara di beberapa TPS di sekitar rumahnya. "Baru Minggu dia balik ke Malang. Nggak tahunya, hari ini yang pulang malah jenazahnya," kata Sulis, sambil menangis sesenggukan.

Wanita paro baya itu masih teringat sifat manja putrinya meski tergolong sulung. Sebelum berangkat ke Malang pun dia sempat merengek minta dibelikan sepatu, karena miliknya sudah robek. "Saya baru menjanjikan kalau ada rezeki lebih, pasti dibelikan. Eh, belum sempat membeli sepatu baru, anak saya sudah dipundut sama Allah," paparnya pelan.

Rabu malam sebelum kejadian, Memey masih sempat mengirimkan SMS. Putrinya yang cantik itu mengingatkan dirinya agar tidak terlalu kecapekan dan tidak tidur terlalu malam.

Pesan terakhir itulah yang masih terngiang dalam ingatan ibu tiga putri tersebut. Dia seperti tidak percaya akan kehilangan Memey untuk selamanya. Sebab, Sulis sudah membayangkan bakal menyaksikan putri sulungnya itu segera diwisuda. "Sekarang ini dia sedang berusaha menyelesaikan skripsinya. Ya, Allah Mey..." tuturnya sambil menghela napas panjang.

Firasat akan kepergian anaknya juga dirasakan Wiji Utami Kristiani, ibu Maretha, korban lain kecelakaan tragis di Kota Batu. Perasaan guru SDN Landungsari I Malang itu sudah tidak enak sehari sebelumnya. Tiba-tiba dia merasa kangen sekali dengan anaknya.

Pada Rabu (15/4) malam, rasa kangen itu semakin dalam.

Dia pun mencoba menghubungi anaknya lewat handphone, tetapi tidak bisa. "Saya lihat fotonya terus, saya ingin ngeloni (memeluk) dia," ujarnya sembari menangis.

Malam itu dia tidak bisa tidur. Dia mengaku mendengar suara-suara aneh di rumahnya. Namun, dia tidak tahu suara apa yang didengar itu. Dia baru paham setelah mendengar kabar bahwa anak pertamanya meninggal.

Sembari menangis, Wiji yang ditemani sanak saudara mengatakan, pada saat ulang tahun Maret lalu, Maretha juga berperilaku agak aneh. Dia kerap mendekap erat ayahnya, Suwaji, seakan tidak ingin melepaskan. "Mungkin semua itu firasat," ujarnya.

Menurut dia, Maretha, 25, yang kuliah di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya saat ini menunggu wisuda Mei nanti. Malah, dia sudah diterima bekerja di Denpasar, Bali. Tetapi, dia belum aktif karena masih menunggu ijazah.

Sementara itu, sejumlah tetangga juga mengaku kaget sekali dengan kematian Maretha. Warga menilai Maretha adalah gadis yang baik. Selama ini dia dikenal sebagai pemandu (guide) turis. Dia pulang untuk menghadiri ulang tahun temannya. Sore kemarin jenazah korban dimakamkan di pemakaman daerah Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang.

Cerita Korban Selamat

Selain keluarga, kecelakaan maut di Kota Batu menyisakan duka mendalam bagi Retno S., teman satu kos para korban. Retno lolos dari maut karena tidak menumpang mobil Daihatsu Taruna yang nahas tersebut. Padahal, saat berangkat, Retno ikut satu rombongan di mobil itu.

Duduk di bangku putih ruang tunggu kamar jenazah Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Enok tidak kunjung mengakhiri histerianya. ''Semua teman-temanku mati! Aku ndak punya teman lagi sekarang,'' teriak Enok.

Setelah tenang, Radar Malang mencoba mendekati dia. Cukup sulit mengorek keterangan dari Enok. Namun, beberapa patah kata keluar dari mulutnya soal kecelakaan maut yang menewaskan kesembilan temannya.

Kecelakaan itu bermula ketika dia bersama belasan temannya berencana mencari makan malam di kawasan wisata Payung, Kota Batu. Rombongan berangkat sekitar pukul 21.30 dengan mengendarai dua unit mobil. Mobil Taruna dan satu sedan warna merah. Ada juga empat motor yang ikut.

Saat berangkat untuk makan malam itu, cewek berambut sebahu dan berkaca mata minus tersebut menumpang mobil Taruna. Selama perjalanan, perasaan Enok waswas karena mobil melaju cukup kencang. Berulang-ulang dia menasihati Anang, sopir Taruna, agar hati-hati. Namun, permintaan Enok tidak juga digubris. Meski sempat merespons nasihat Enok, Anang kembali mengulangi perbuatannya. Mempercepat laju Taruna maut itu.

Penuturan Enok berhenti sejenak. Untuk merunut kronologi berikutnya, cewek itu agak ragu. Dia seakan bingung untuk berujar dan menjelaskan soal kecelakaan maut tersebut. ''Rasanya, teman-teman saya itu masih ada dan baru saja guyonan dengan aku,'' ucap Enok setelah sekitar lima menit menunduk.

Untuk memberikan kesempatan dia menenangkan hatinya, Radar meminta wawancara dilanjutkan via telepon. Enok pun menyetujui. Dihubungi setelah mandi tadi malam, Enok menuturkan bahwa begitu tiba di Batu, mereka langsung makan-makan di wisata Payung.

Di sejumlah warung yang berdiri di pinggir jalan berkelak-kelok itu mereka menghabiskan waktu sekitar dua jam. Selanjutnya, mereka langsung pulang. Ketika pulang itulah, perasaan Enok tidak enak. Dia menolak ketika diajak teman-temannya naik mobil yang dikemudikan Anang. ''Saya pilih naik motor boncengan dengan teman saya. Perasaan saya tidak enak,'' ujar Enok.

Saat pulang, mereka meninggalkan lokasi Payung bersama-sama. Urutan pertama Taruna, kemudian mobil sedan merah yang ditumpangi empat orang, dan sisanya mengendarai motor. Dalam perjalanan, Enok bersama temannya yang mengendarai motor mengambil jalan berbeda dengan Taruna. ''Di lampu merah pertama dari arah Payung ke Batu, saya mengambil jalan belok ke kanan. Sedangkan mobil mengambil jalan lurus (lewat Jl Raya Panglima Sudirman, Red),'' katanya.

Begitu tiba di kos, Enok kaget karena teman-temannya yang naik Taruna belum tiba. Padahal, laju kendaraan mereka lebih cepat. Karena sudah larut pagi, sekitar 02.00, Enok langsung tidur. Enok baru tahu teman-temannya mengalami kecelakaan dan meninggal sekitar pukul 11.00. Dia diberi tahu teman yang lain.

Soal tujuan acara makan malam mereka diselingi dengan menyewa vila di Songgoriti Kota Batu, Enok enggan berkomentar. ''Maaf, saya tidak bisa menjelaskan soal itu (menyewa vila),'' elaknya dengan nada suara berat dan suara tangisnya terdengar.

Sebelum mengakhiri pembicaraan, sambil sesenggukan, Enok merasa bersyukur karena Allah memberinya kesempatan untuk hidup lebih lama ketimbang teman-temannya yang terlibat dalam kecelakaan maut tersebut. (Dibantu oleh Tim Radar Malang: lid/mas/ziz/war/kim)
Terima Kasih Telah Mengunjungi Firman Ramdhani Blog

Klik di Sini

KoSoNg ToeJoeH © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute